Jumat, 27 Juni 2014

Wisata candi bisa menjadi alternatif bagi anda yang ingin menikmati kehidupan leluruh di masa lampau. Yogyakarta sebagai bagian dari Kerajaan Mataram Kuno di masa lalu memiliki banyak situs sejarah. Selain kita bisa menikmati keindahan arsitektur dan pemandangan sekitar, kita dapat memetik hikmah dari kuat dan jayanya peradaban sebelum kita. Beberapa candi yang sudah terkenal memungut biaya masuk yang mahal. Tetapi ada beberapa candi gratis di Yogyakarta, yaitu:

Candi Ijo
Candi Ijo

1. Candi Ijo
Candi Ijo terletak di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini diberi nama Candi Ijo karena terletak di Bukit Ijo. Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9 pada bukit dengan ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut (dpl). Dari candi ini kita dapat menikmati pemandangan yang indah dan sejuk, apalagi saat matahari terbenam.

Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Candi Gratis di Yogyakarta ini peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.


2. Candi Sari
Candi Sari
Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Letak Candi Sari dekat dengan Candi Kalasan dan Candi Prambanan, 30 menit perjalanan dari Bandara Adisucipto. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar. Candi Gratis di Yogyakarta ini beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu). Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

3. Candi Sambisari


Candi Sambisari
Candi Sambisari
Candi Sambisari terletak Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Letak candi ini dekat dengan Candi Ijo dan berada di permukiman warga. Anda bisa menjangkau dengan berkendara melewati lintas jalan Yogya-Solo hingga menemukan papan penunjuk menuju candi ini. Selanjutnya, anda tinggal berbelok ke kiri mengikuti alur jalan. Candi Sambisari diperkirakan dibangun antara tahun 812 - 838 M, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai Garung. Candi Gratis di Yogyakarta ini terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi pendamping.

Bangunan candi induk tidak mempunyai alas seperti candi di Jawa lainnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Bagian kaki candi dibiarkan polos, tanpa relief atau hiasan apapun. Beragam hiasan yang umumnya berupa simbar baru dijumpai pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar. Hiasan itu sekilas seperti motif-motif batik.

Selasar selebar 1 meter akan dijumpai setelah melewati anak tangga terakhir pintu masuk candi induk. Anda akan menjumpai 3 relung yang masing-masing berisi sebuah arca. Di sisi utara, terdapat arca Dewi Durga (isteri Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Sementara di sisi timur terdapat Arca Ganesha (anak Dewi Durga). Di sisi selatan, terdapat arca Agastya dengan aksamala (tasbih) yang dikalungkan di lehernya.

4. Candi Kalasan
Candi Kalasan
Candi Kalasan
Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan sebuah candi yang dikategorikan sebagai candi umat Buddha terdapat di desa Kalasan, Kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km dari candi Prambanan.

Berdasarkan prasasti Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para pendeta. Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra. Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini dapat diidentifikasikan dengan Dharanindra atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah dari Samaragrawira. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti kehadiran Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa. Dalam Prasasti Kalasan berhuruf Pre Nagari, berbahasa Sanksekerta ini menyebutkan para guru sang raja Tejapurnapana Panangkaran dari keluarga Syailaendra berhasil membujuk raja untuk membuat bangunan suci bagi Dewi Tara beserta biaranya bagi para pendera sebagai hadiah dari Sangha.

5. Candi Banyunibo


Candi Banyunibo
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo terletak di Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi Banyunibo (yang berarti air jatuh-menetes dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari Kota Yogyakarta ke arah Kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Bangunan candi ini bernama Candi Banyunibo yang berada tidak jauh dari kompleks Ratu Boko, Candi Barong dan Candi Ijo. Bahkan di sekitar candi ini pun banyak dijumpai situs candi yang berserakan di beberapa dusun sekitarnya. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Arti nama candi ini yaitu Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) walaupun di candi ini tidak ada tetesan air ataupun sumber air di sekitar candi. Candi Banyunibo termasuk bangunan suci Buddha yang cukup kaya akan hiasan/ornamen. Hampir pada setiap bagian candi diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama.

6. Candi Barong


Candi Barong
Candi Barong
Candi Barong adalah candi bercorak Hindu yang terletak di tenggara Kompleks Ratu Boko, Prambanan, Sleman, tepatnya di atas bukit di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10, sebagai peninggalan Kerajaan Medang periode Mataram. Candi ini mendapatkan nama 'barong' karena bangunan utama candi memiliki hiasan kala dan makara pada setiap relung seperti umumnya candi di Jawa, yang mirip dengan barong.

Candi Barong terletak di perbukitan Batur Agung pada ketinggian 199 m di atas permukaan laut. Kompleks candi ini memiliki pintu masuk di sebelah barat, lalu mengantar pada lahan berundak tiga. Teras pertama dan kedua sudah tidak ditemukan bangunan candi, meskipun terdapat sisa-sisa lantai atau umpak. Teras kedua merupakan area bukaan yang cukup luas. Sebelum memasuki teras tertinggi terdapat gerbang paduraksa kecil yang mengapit tangga naik. Pada bagian teras tertinggi terdapat dua bangunan candi untuk pemujaan, diperkirakan kepada Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran kira-kira 8,18 m × 8,18 m dengan tinggi 9,05 m. Bangunan candi-candi utama ini tidak mempunyai pintu masuk, sehingga upacara pemujaan diperkirakan dilakukan di luar bangunan.

Pemujaan terhadap Wisnu merupakan keistimewaan kompleks candi ini. Umumnya, candi-candi Jawa Tengah memuja Dewa Syiwa atau bersifat Syiwaistis. Selain itu, struktur berundak dengan pusat pemujaan terletak paling timur juga tidak umum bagi candi-candi dari masa Medang, yang biasanya bangunan utamanya berada di pusat kompleks. Hanya Candi Ijo yang memiliki karakteristik sama. Struktur berundak ini dianggap sebagai ekspresi asli Indonesia. Corak sinkretik juga tampak dari pemujaan terhadap Dewi Sri.

Baca juga: Wisata Mainan Tradisional di Kampung DolananHotel dan Penginapan Murah di Yogyakarta 2014

0 komentar:

Posting Komentar