Kompleks Makam Raja Mataram terletak
di Imogiri, Kotagede, Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tradisi
yang sangat kental terhadap sistem feodalisme. DIY saat ini merupakan daerah
istimewa di Indonesia yang rajanya sekaligus menjadi gubernur. Kerajaan
Ngayogjakarta bersama Kasultanan Solo merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram. Olah
karena itulah banyak makam dari raja-raja di masa lalu yang bertempat di DIY
dan disakralkan sampai sekarang.
Makam Raja Mataram |
A. Kotagede
Kotagede merupakan sebuah kawasan yang terletak sekitar 10 km sebelah selatan Kota Yogyakarta. Dahulu, kawasan Kotagede merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam pada pertengahan abad XVI M. Di kawasan ini terdapat kompleks makam raja-raja Mataram, yang menjadi tempat dimakamkannya Panembahan Senapati, raja pertama Mataram Islam. Kompleks
Kotagede merupakan sebuah kawasan yang terletak sekitar 10 km sebelah selatan Kota Yogyakarta. Dahulu, kawasan Kotagede merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam pada pertengahan abad XVI M. Di kawasan ini terdapat kompleks makam raja-raja Mataram, yang menjadi tempat dimakamkannya Panembahan Senapati, raja pertama Mataram Islam. Kompleks
Makam ini, berada sekitar 50 m sebelah selatan Pasar Gede, Kecamatan Kotagede. Selain terdapat makam Panembahan Senapati, di kompleks pemakaman ini juga terdapat makam keluarga raja lainnya. Di antaranya adalah, Ki Ageng Pemanahan yang merupakan ayah dari Panembahan Senapati, Nyai Ageng Nis dan P. Djoyo Prono yang merupakan eyang dari Panembahan Senapati, Sri Sultan Hamengku Buwono II, dan juga Pangeran Adipati Pakualam I.
B. Struktur Bangunan
Untuk memasuki kompleks makam para raja ini, pengunjung akan melewati empat gapura terlebih dulu.
Gapura pertama merupakan bangunan yang berbentuk padaruksa, yakni sebuah
bangunan gapura yang memiliki atap penutup, yang menghubungkan kedua sisi
bangunan pembatas. Di antara gapura pertama menuju gapura kedua, pengunjung
akan melihat Bangsal Duda. Bangsal ini, dipayungi oleh pohon beringin besar dan
rindang, yang kerap disebut Waringin Sepuh. Konon, waringin sepuh ini ditanam
oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, pada saat sebelum Kotagede dibangun. Daun-daunan
dari pohon ini, oleh masyarakat setempat dipercayai memiliki tuah tersendiri.
Dua helai daun yang jatuh dalam kondisi terbuka dan tertutup, dipercaya dapat
menjadi bekal keselamatan dalam perjalanan.
Melewati gapura kedua, terdapat sebuah tembok yang tingginya sekitar dua meter, dengan jalan di kedua sisinya. Tembok ini menghalangi pandangan pengunjung dari gapura ketiga. Melewati gapura ketiga, pengunjung dapat melihat kompleks Masjid Agung, dimana di sekelilingnya terdapat rumah para abdi dalem. Masjid Agung ini dibangun oleh Sultan Agung, cucu dari Panembahan Senapati. Di sebelah barat Masjid inilah, terdapat sekitar 720 makam keluarga kerajaan Mataram
Baca Juga: Jogart 2014, Wisata Seni Yogyakarta, Wisata Mainan Tradisional di Kampung Dolanan
0 komentar:
Posting Komentar