Mimpi, semua manusia memiliki tapi tidak semua mampu memahami.
Mimpi, sebagian membanggakannya sebagian menghindar darinya.
Semua orang mempunyai mimpi, begitu pula diriku. Aku percaya bahwa mimpi muncul saat kita lahir. Ia adalah hasil dari lingkungan, hasil dari pengalaman. Setiap orang mempunyai banyak mimpi, katanya adalah jalan menuju kesuksesan. Tetapi kenyataan banyak orang yang tersesat oleh mimpinya sendiri.
...
Pagi itu matahari Yogyakarta belum terlihat, tetapi aku sudah melaju kencang bersama pacarku menuju bandara Adisucipto. “Sayangg,, aa pergi dulu ya, assalamu’alaikum” sapaku saat ia kembali bersama motornya sehabis mengantarku. Hari itu, dan selama dua minggu aku akan mengikuti pelatihan di Jakarta bersama lima temanku. Ngunggggg,,,Ssssttttt,,Wyusssss,,, pesawat AirAsia membawaku dan kelima temanku terbang ke udara bebas. Baru saja pesawat meninggalkan landasan pacu, empat tante meributkan sesuatu hal. Sebenarnya aku berusaha tidak memerdulikannya, tapi karena mereka duduk tepat di depanku, maka aku adalah salah satu yang mau tidak mau mendengarkan pembicaraan mereka. Sejenak kemudian mereka memesan mie instan kepada pramugari untuk satu rombongan. Teman sebelahku sontak berbisik padaku “Yaelah tante, bentar lagi dah sampai kelesss”. Aku hanya bisa tersenyum kecil menahan gelitik di perutku. Dan saat mie instan dibuka, nyussssss,, aroma ayam bawang menyebar ke seluruh kabin pesawat. “Aduhhhh, aromanya sadisss” kata salah satu tante sosialita. Aku yakin banyak penumpang yang menelan ludah, bagaimana tidak, mereka sudah sejak pukul lima pagi berada di bandara dan belum menyantap sarapan.
Sesampainya di bandara Soekarno-Jakarta menggunakan maskapai AirAsia, kami langsung menuju kantor PT Bina Kasih yang berada tidak jauh dari bandara. Setelah cukup beristirahat, kami berkenalan satu sama lain dengan manajemen dan master trainer. Tidak lama setelah itu kami memulai pelatihan privat yang disampaikan oleh master trainer Andreas Anaya Pasolympia. Saat berada di titik itu, aku terbawa kembali ke memori beberapa tahun silam saat aku baru saja masuk ke sekolah menengah atas. Trainer saat Masa Orientasi Siswa (MOS) aku yakini sebagai awal mengapa aku bisa sampai pada titik ini. Pada saat itu, sang trainer menyampaikan bagaimana cara untuk menjadi seorang pemenang, from zero to hero. Entah mengapa setelah itu aku berhasrat menjadi seorang master trainer yang akan menginspirasi banyak orang sekitarku. Sudah beberapa tahun berselang dari hari itu, kini aku sudah benar-benar menjadi trainer. Selama berkuliah di Yogyakarta, sudah beberapa kali mengisi pelatihan di berbagai tempat. Aku merasakan kepuasan saat bisa membuat orang lain terinspirasi, membuat orang lain bersemangat, dan membuat orang lain berhasrat menjadi pemenang.
Sang master trainer meminta kami untuk menggambarkan mimpi terbesar dalam selembar kertas. Ku pejamkan mata dan ku cari tahu apa mimpi terbesarku selama ini. Ku gambarkan bulatan mewakili bumi, ku gambarkan pula ikon dari seluruh dunia di penjuru mata angin, seperti menara Eiffel, Burj Khalifa, Opera House, dan Panda. Sentuhan akhir dari gambarku adalah matahari yang menyinari bumi yang tersenyum. Aku ceritakan semua mimpiku di depan mereka, aku percaya bahwa menceritakan mimpi adalah cara untuk segera mewujudkannya. Aku ingin berkeliling dunia dan menginspirasi manusia. “Bumi yang tersenyum ini mewakili kedamaian dunia, kegembiraan seluruh penduduk dunia” paparanku di depan mereka semua. Mimpiku adalah menginspirasi dunia, merasakan setiap jengkal tanah di dunia, dan kembali dengan cerita dan ilham dari sang maha perkasa.
Mimpi, sebagian membanggakannya sebagian menghindar darinya.
Semua orang mempunyai mimpi, begitu pula diriku. Aku percaya bahwa mimpi muncul saat kita lahir. Ia adalah hasil dari lingkungan, hasil dari pengalaman. Setiap orang mempunyai banyak mimpi, katanya adalah jalan menuju kesuksesan. Tetapi kenyataan banyak orang yang tersesat oleh mimpinya sendiri.
...
Pagi itu matahari Yogyakarta belum terlihat, tetapi aku sudah melaju kencang bersama pacarku menuju bandara Adisucipto. “Sayangg,, aa pergi dulu ya, assalamu’alaikum” sapaku saat ia kembali bersama motornya sehabis mengantarku. Hari itu, dan selama dua minggu aku akan mengikuti pelatihan di Jakarta bersama lima temanku. Ngunggggg,,,Ssssttttt,,Wyusssss,,, pesawat AirAsia membawaku dan kelima temanku terbang ke udara bebas. Baru saja pesawat meninggalkan landasan pacu, empat tante meributkan sesuatu hal. Sebenarnya aku berusaha tidak memerdulikannya, tapi karena mereka duduk tepat di depanku, maka aku adalah salah satu yang mau tidak mau mendengarkan pembicaraan mereka. Sejenak kemudian mereka memesan mie instan kepada pramugari untuk satu rombongan. Teman sebelahku sontak berbisik padaku “Yaelah tante, bentar lagi dah sampai kelesss”. Aku hanya bisa tersenyum kecil menahan gelitik di perutku. Dan saat mie instan dibuka, nyussssss,, aroma ayam bawang menyebar ke seluruh kabin pesawat. “Aduhhhh, aromanya sadisss” kata salah satu tante sosialita. Aku yakin banyak penumpang yang menelan ludah, bagaimana tidak, mereka sudah sejak pukul lima pagi berada di bandara dan belum menyantap sarapan.
Sesampainya di bandara Soekarno-Jakarta menggunakan maskapai AirAsia, kami langsung menuju kantor PT Bina Kasih yang berada tidak jauh dari bandara. Setelah cukup beristirahat, kami berkenalan satu sama lain dengan manajemen dan master trainer. Tidak lama setelah itu kami memulai pelatihan privat yang disampaikan oleh master trainer Andreas Anaya Pasolympia. Saat berada di titik itu, aku terbawa kembali ke memori beberapa tahun silam saat aku baru saja masuk ke sekolah menengah atas. Trainer saat Masa Orientasi Siswa (MOS) aku yakini sebagai awal mengapa aku bisa sampai pada titik ini. Pada saat itu, sang trainer menyampaikan bagaimana cara untuk menjadi seorang pemenang, from zero to hero. Entah mengapa setelah itu aku berhasrat menjadi seorang master trainer yang akan menginspirasi banyak orang sekitarku. Sudah beberapa tahun berselang dari hari itu, kini aku sudah benar-benar menjadi trainer. Selama berkuliah di Yogyakarta, sudah beberapa kali mengisi pelatihan di berbagai tempat. Aku merasakan kepuasan saat bisa membuat orang lain terinspirasi, membuat orang lain bersemangat, dan membuat orang lain berhasrat menjadi pemenang.
Sang master trainer meminta kami untuk menggambarkan mimpi terbesar dalam selembar kertas. Ku pejamkan mata dan ku cari tahu apa mimpi terbesarku selama ini. Ku gambarkan bulatan mewakili bumi, ku gambarkan pula ikon dari seluruh dunia di penjuru mata angin, seperti menara Eiffel, Burj Khalifa, Opera House, dan Panda. Sentuhan akhir dari gambarku adalah matahari yang menyinari bumi yang tersenyum. Aku ceritakan semua mimpiku di depan mereka, aku percaya bahwa menceritakan mimpi adalah cara untuk segera mewujudkannya. Aku ingin berkeliling dunia dan menginspirasi manusia. “Bumi yang tersenyum ini mewakili kedamaian dunia, kegembiraan seluruh penduduk dunia” paparanku di depan mereka semua. Mimpiku adalah menginspirasi dunia, merasakan setiap jengkal tanah di dunia, dan kembali dengan cerita dan ilham dari sang maha perkasa.
Mimpiku |
Selama tiga hari kami diberikan ilmu dan teknik agar menjadi trainer yang menginspirasi. Kami terkejut hanya tiga hari, karena kami mengira pelatihan akan berlangsung selama dua minggu. Hari keempat dan seterusnya kami akan mempraktekkan ilmu selama tiga hari di depan Potential Talent (PT). PT adalah istilah untuk calon nurse yang kita trainer untuk selanjutnya mereka akan disalurkan sebagai pekerja. Kami menyebutnya potential talent karena mereka sejatinya adalah manusia-manusia yang bertalenta, hanya saja belum terpoles sempurna, bagaikan onggokkan berlian yang baru diangkat dari bumi.
Selama aku memberikan trainer kepada mereka, aku sadar bahwa setiap manusia mempunyai mimpi. Entah apapun mimpi manusia, selalu membuat orang lain yang mendengarkannya terinspirasi olehnya. Tidak peduli seberapa sederhana mimpi kita, justru dengan kesederhanaan mimpi itu orang lain akan tergugah mata hatinya. Tetapi yang belum mereka punya adalah inspirasi untuk maju, inspirasi untuk melihat lebih luas. Aku meminta mereka menceritakan mimpinya satu per satu. Mereka hanya terdiam, mereka terlalu takut untuk berucap. Mungkin saat itu bagi mereka mimpi adalah sesuatu yang memalukan. Bagi mereka kehidupan selama ini terlalu tidak mendukung mimpi-mimpi mereka untuk tercapai.
Maka aku ceritakan betapa sejarah hidupku tak jauh berbeda dari mereka. Aku mengira mimpi terlalu jauh dariku. Aku mengira mimpi hanyalah mimpi, terlalu mustahil untuk membawanya ke alam nyata. Ku ceritakan bagaimana awal mimpiku hingga titik di mana aku bisa berbicara kepada mereka. “Aku pun tidak mengira mimpi ini perlahan menjadi nyata, aku hanya menjalaninya” paparanku kepada mereka.
Aku berharap mereka terinspirasi oleh perjalanan hidupku dan akhirnya mimpi mereka tumbuh semakin besar dan kuat. “Kita semua harus mendengar mimpi, karena dengan itu mimpi kita akan tumbuh semakin besar” tambahku. Akhirnya bongkahan berlian mulai terpoles saat mereka menyampaikan mimpi besar mereka. Di antara ada yang ingin menjadi manager bank, pengusaha, dan masih banyak lagi. Kemudian kuajak mereka memejamkan mata, “bayangkan saat ini kalian sudah sampai pada mimpi itu, apa yang kalian rasakan”. “Gembira sekali kakak” jawab mereka. “Iya adek-adek, sejatinya tujuan hidup kita adalah mencapai kegembiraan dan ketenangan” tandasku. Bayangkan dengan jelas mimpi itu, pegang erat, dan masukkan ke dada kalian. Bayangkan selalu tujuan kalian, aku yakin kalian akan sampai padanya.
Selama aku memberikan trainer kepada mereka, aku sadar bahwa setiap manusia mempunyai mimpi. Entah apapun mimpi manusia, selalu membuat orang lain yang mendengarkannya terinspirasi olehnya. Tidak peduli seberapa sederhana mimpi kita, justru dengan kesederhanaan mimpi itu orang lain akan tergugah mata hatinya. Tetapi yang belum mereka punya adalah inspirasi untuk maju, inspirasi untuk melihat lebih luas. Aku meminta mereka menceritakan mimpinya satu per satu. Mereka hanya terdiam, mereka terlalu takut untuk berucap. Mungkin saat itu bagi mereka mimpi adalah sesuatu yang memalukan. Bagi mereka kehidupan selama ini terlalu tidak mendukung mimpi-mimpi mereka untuk tercapai.
Maka aku ceritakan betapa sejarah hidupku tak jauh berbeda dari mereka. Aku mengira mimpi terlalu jauh dariku. Aku mengira mimpi hanyalah mimpi, terlalu mustahil untuk membawanya ke alam nyata. Ku ceritakan bagaimana awal mimpiku hingga titik di mana aku bisa berbicara kepada mereka. “Aku pun tidak mengira mimpi ini perlahan menjadi nyata, aku hanya menjalaninya” paparanku kepada mereka.
Aku berharap mereka terinspirasi oleh perjalanan hidupku dan akhirnya mimpi mereka tumbuh semakin besar dan kuat. “Kita semua harus mendengar mimpi, karena dengan itu mimpi kita akan tumbuh semakin besar” tambahku. Akhirnya bongkahan berlian mulai terpoles saat mereka menyampaikan mimpi besar mereka. Di antara ada yang ingin menjadi manager bank, pengusaha, dan masih banyak lagi. Kemudian kuajak mereka memejamkan mata, “bayangkan saat ini kalian sudah sampai pada mimpi itu, apa yang kalian rasakan”. “Gembira sekali kakak” jawab mereka. “Iya adek-adek, sejatinya tujuan hidup kita adalah mencapai kegembiraan dan ketenangan” tandasku. Bayangkan dengan jelas mimpi itu, pegang erat, dan masukkan ke dada kalian. Bayangkan selalu tujuan kalian, aku yakin kalian akan sampai padanya.
Potential Talent |
Kutegaskan kepada mereka bahwa mengejar mimpi adalah keharusan tetapi yang paling penting adalah selalu merasa bahagia. Kita tidak harus menunggu sampai mimpi kita tercapai untuk bergembira karena kegembiraan ada di setiap hembusan nafas kita. Ku ajak mereka memejamkan mata dan merasakan saat kita menarik dan menghembuskan nafas. “Tarik nafas kalian, dan hembuskan” kalian akan sadar bahwa kebahagiaan tidak kemana-mana, selalu ada bersama kalian.
...
Pada akhirnya aku sangat yakin bahwa tujuanku hidup adalah mendengarkan mimpi-mimpi manusia dan mengajaknya bersama-sama menggapainya. Terlalu banyak manusia yang memendam mimpinya, bahkan membunuhnya. Aku berikhtiar akan senantiasa menyebarkan inspirasi kepada semua manusia, inspirasi tentang kekuatan mimpi, inspirasi tentang mendengarkan dan menyampaikan mimpi.
...
Pada akhirnya aku sangat yakin bahwa tujuanku hidup adalah mendengarkan mimpi-mimpi manusia dan mengajaknya bersama-sama menggapainya. Terlalu banyak manusia yang memendam mimpinya, bahkan membunuhnya. Aku berikhtiar akan senantiasa menyebarkan inspirasi kepada semua manusia, inspirasi tentang kekuatan mimpi, inspirasi tentang mendengarkan dan menyampaikan mimpi.
Gurnito Dwidagdo